“Ada gambar mata Dajjal di panggung, gambar Bunda Maria di lengan kiri, gambar muka setan di telapak tangan kiri, dan gambar Joker di lengan kanan. Lalu gambar bio mekanik di wajah. Kalau keluar kota dapat kenang-kenangan tato dari teman,” ujarnya.
Kemudian, menjelang bulan Ramadhan tahun lalu, dia mulai merenungi hidupnya dan memikirkan masa depan.
Bertekad Meninggalkan Masa Lalu
“Saya renungkan dan telepon Om saya, saya mau hijrah kembali ke jalan yang benar. Walau keluarga belum menerima semua, tapi saya usaha,” katanya.
Meski sekarang telah memilih berhijrah, dia mengaku nggak berniat menghapus tatonya.
“Saya tidak menyesal dan tak ada niat menghapus. Biar tahu zaman jahiliyah kita. Jadi kita tahu sudah kembali ke jalan yang benar. Nanti biar nanti di akhirat saja yang tahu itu salah dan benar,” ungkapnya.
Yuda akhirnya memilih tinggal di Semarang karena dekat dengan keluarga termasuk ayah. Dia mengaku proses hijrahnya nggak mudah dan penuh rintangan.
Terlebih lagi, dirinya kerap kali dipandang sebelah mata oleh beberapa orang.
“Pandangan pertama orang-orang di masjid mereka tadinya pada takut. Pas waktu shalat banyak dilihatin orang. Mereka pada bingung. Tapi, yang penting saya sudah niat dan berusaha. Akhirnya sekitar sebulan mereka sudah mulai terbiasa dan menerima,” tuturnya.
Kini Yuda menjalani hari-harinya dengan membantu mengurus masjid di Masjid Jami Al-Istiqomah Jalan Kusuma Wardani, Pleburan.
“Saya tinggal di sini sekarang, bantu-bantu bersih-bersih, adzan, memang harus adaptasi, Alhamdulilah di sini menerima saya,” ungkapnya.
Selain itu, dia juga memperdalam ilmu agama dan menghafal Al Quran yang dulu sudah 24 juz, menemui ulama-ulama, dan mempelajari lagi ilmu dakwah.
Diberi Nama Salah Satu Sahabat Rasulullah oleh Ulama
Dari pertemuannya dengan ulama di Jawa Barat, Yuda diberi nama Sa’ad Al-Maliki yang diambil dari nama salah satu sahabat Rasullullah.
“Nama sahabat Rasulullah, Sa’ad. Tidak terkenal di bumi, tapi terkenal di langit,” katanya.
Yuda ingin hidupnya bermanfaat bagi banyak orang. Dia pun memiliki cita-cita berdakwah di wilayah pelosok negeri.
“Habis Lebaran tahun ini saya keluar empat bulan (berdakwah). Sekarang ini memperbaiki bacaan Al Quran saya dulu, mengulang hafalan yang sudah 24 juz,” katanya.
Anak ketiga dari empat bersaudara ini juga berharap bisa bertemu dengan ibunya karena sejak kecil orangtuanya telah berpisah.
“Dari kecil tidak pernah ketemu ibu, saya ingin ketemu, tapi Allah belum mempertemukan lagi. Dengar-dengar di Kalimantan, tapi saya menunggu Allah mempertemukan,” ujarnya.
Yuda juga memiliki tujuan hidup membangun keluarga kecil, memperoleh pekerjaan, dan membahagiakan orang tua.
Seorang takmir Masjid, Syarifudin, merasa bangga dengan pilihan hidup yang ditempuh oleh Yuda.
Dia berharap Yuda bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi ke depannya.
“Kita sebagai takmir bangga dan ikut bahagia melihat Mas Yuda kembali menjadi orang yang baik. Semoga bisa terus dipegang dan segera dipertemukan dengan ibunya,” ucapnya. (mya/tim)
Redaksi : Suara Merah Putih
Sumber : Hai! Grid (Naskah Berita Asli)