Dua kasus keracunan massal terjadi di Bareng, Jombang dalam kurun waktu kurang dari 6 bulan. Kasus keracunan massal pertama dialami 110 karyawan pabrik sepatu akibat makanan yang terkontaminasi bakteri escherichia coli (e coli).
Kasus pertama terjadi di PT Venezia Footwear, Desa Banjaragung, Kecamatan Bareng pada akhir April 2021. Kejadian itu berawal dari sekitar 500 karyawati pabrik sepatu tersebut yang bekerja lembur pada Kamis (29/4) pukul 15.00-21.00 WIB.
Saat itu, pihak perusahaan membagikan nasi bungkus untuk berbuka puasa ratusan karyawati yang kerja lembur. Nasi bungkus itu dibeli PT Venezia Footwear dari Warung Sahabat di depan pabrik tersebut.
Gejala keracunan terjadi sejak para karyawati pulang kerja dan pada Jumat (30/4) pagi. Sebanyak 110 pekerja mengalami mual, muntah dan diare. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kasus ini.
“Kalau kejadian di PT Venezia, hasil pemeriksaan laboratorium karena adanya bakteri e coli pada bumbu bali dan kecap,” kata Kasat Reskrim Polres Jombang AKP Teguh Setiawan saat dikonfirmasi wartawan, Rabu (6/10/2021).
Baca juga:
Kondisi Korban Keracunan Massal di Jombang Membaik, 3 Masih Opname
Oleh sebab itu, lanjut Teguh, tidak semua karyawati yang menyantap nasi bungkus dari pabrik mengalami gejala klinis yang sama. Yakni berupa mual, muntah dan diare.
“Kalau bakteri itu tidak semua orang bakal mengalami efek seperti itu. Mungkin pas imunnya down sehingga mengalami gejala itu,” terangnya.
Belum genap enam bulan, kasus keracunan massal kembali terjadi di Kecamatan Bareng. Kasus kedua ini, 25 warga Desa Mundusewu mengalami panas, pusing, muntah dan diare sejak Sabtu (2/10) sore dan Minggu (3/10) pagi.
Gejala klinis tersebut dialami puluhan warga setelah menyantap hidangan acara pernikahan di rumah Supran (50), warga Dusun Sumberagung, Desa Mundusewu pada Sabtu (2/10).
Sama dengan insiden di PT Venezia Footwear, tidak semua tamu undangan mengalami gejala keracunan.
“Dari seluruh undangan, kurang lebih dia (Supran) mengedarkan 500 undangan. Yang katanya keracunan kan cuma 25 orang, termasuk yang punya hajatan,” ungkap Teguh.
Hingga saat ini, kasus keracunan 25 warga Mundusewu belum diketahui penyebabnya. Polisi telah menggali keterangan dari penyelenggara hajatan dan para korban.
Sisa makanan yang disantap para korban juga disita untuk diteliti di laboratorium pada Senin (4/10) pagi. Mulai dari serbuk kunyit, mi kuning, kecap, kentang goreng, bumbu soto, daging ayam, nasi, kuah soto hingga air minum.
“Untuk penyebabnya kami menunggu hasil dari laboratorium,” ujar Teguh.
Hal senada dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang drg Budi Nugroho. “Kami belum bisa memastikan (penyebab keracunan massal) karena makanan-makanan masih kami kirim ke laboratorium di Surabaya, Dinkes Prov, masih dalam pemeriksaan,” tandasnya.(tim/Sam)