Peneliti utama Electromagnetic Design Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebut bahwa anggapan buka HP di SPBU bisa bikin meledak tidak sepenuhnya benar.
“Larangan mengaktifkan ponsel saat mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU bukan karena bisa meledak seperti yang dipikirkan,” kata Peneliti utama Electromagnetic Design Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian LIPI, Harry Arjadi dikutip dari situs LIPI.
Menurut dia, kemungkinan terjadinya ledakan akibat membuka HP di SPBU sangat kecil. Sebab, radiasi elektronik yang ditimbulkan oleh HP sudah tercampur dan terurai dengan komponen di udara.
Adapun kerugian menggunakan HP di SPBU ada pada konsumennya. Sebab, penggunaan HP dikhawatirkan bisa mempengaruhi akurasi takaran mesin elektrik pompa BBM.
Gelombang elektromagnetik yang dikeluarkan oleh handphone disebut dapat mempengaruhi kinerja mesin elektrik pompa BBM. Jika gelombang yang ditimbulkan dari ponsel tersebut terlampau besar, maka bentuk terganggunya kinerja mesin elektrik pompa BBM itu adalah terjadinya kesalahan takaran BBM.
“Misalnya, jika dipencet tombol perintah mengeluarkan jenis bensin 10 liter, maka yang keluar hanya satu liter. Atau malah sebaliknya,” ujarnya.
Pengamat gadget Lucky Sebastian mengatakan bahwa membuka HP di SPBU aman. Hal itu berdasarkan studi Dr Adam Burgess dari University of Kent.
“Dia selama 11 tahun meneliti 243 kebakaran di SPBU seluruh dunia, ternyata tidak satu pun yang disebabkan oleh ponsel,” ungkapnya.
Awal mula kecurigaan ponsel menjadi penyebab kebakaran di SPBU dimulai dari surat kabar Guardian pada 2005 silam. Dikabarkan seorang pengendara motor yang sedang mengisi bahan bakar merogoh saku baju dan celananya untuk mencari ponsel. Tak lama kemudian ada api keluar dari motornya yang sedang diisi BBM.
“Diambil kesimpulan penyebabnya ponsel. Tetapi diperkirakan, tetesan bensin yang keluar lantaran mudal (luber) dari tanki mengenai mesin motor yang panas sehingga terjadi kebakaran,” terang Lucky.
Menurut dia, sinyal dari ponsel terlalu kecil untuk bisa memercik uap gas dari bahan bakar.
Meski begitu, Pertamina menyarankan penggunaan ponsel untuk transaksi menggunakan non-tunai dilakukan dengan jarak tertentu. Adapun titik amannya yakni 1,5 meter dari pompa pengisian bensin dengan ketinggian 1,5 meter dari permukaan tanah atau lantai. Kamera juga dapat digunakan dengan jarak tersebut asalkan tidak menggunakan flash atau lampu kilat.(tim/sam)