Rio berhenti untuk istirahat di Jatisari, Pamanukan, sekitar pukul 10.00 WIB. Setelah itu dirinya melanjutkan perjalanan dan tiba di Cirebon pada Selasa (13/5/2020) sekitar pukul 03.00 WIB
Dalam sehari ia jalan kaki menempuh jarak 100 kilo meter, dan selama di perjalanan, ia selalu berupaya untuk tetap berpuasa. Setiap dia singgah di warung makan untuk berbuka puasa ataupun sahur, pemilik warung makan itu selalu tidak mau dibayar.
Setelah tiba di Gringsing, Rio diantar pulang oleh komunitas pengemudi pariwisata Indonesia (Peparindo) Jawa Tengah sampai ke kampung halaman di Solo.
Rio tiba di Solo pada Jumat (15/5/2020) sekitar pukul 08.00 WIB dan langsung dibawa ke gedung karantina milik Pemkot Solo di Graha Wisata Niaga Jalan Slamet Riyadi untuk menjalani karantina selama 14 hari.
Karantina dilakukan karena Rio baru saja pulang mudik dari zona merah penyebaran virus corona. Selama karantina di gedung tersebut, semua kebutuhan makanan disiapkan oleh Pemkot Solo.
Rio mengaku sempat berpikir bahwa tempat karantina itu tidak nyaman dan seperti penjara. Namun, setelah beberapa hari menjalani proses karantina, Rio mengaku sangat nyaman dan betah tinggal di tempat karantina.
“Saya kaget. Di sini teman-teman yang juga menjalani karantina itu sudah seperti keluarga. Makan terjamin, tidur nyaman, saya dapat kasur baru yang masih diplastik. Jadi benar-benar luar biasa bagi saya. Sangat memanusiakan manusia,” ucap Rio.
Disinggung apa rencana setelah selesai menjalani karantina, Rio menjawab ingin berziarah ke makam kedua orangtuanya di pemakaman umum Bonoloyo, Kadipiro, Solo.
“Rencananya setelah keluar karantina saya mau ke makam orangtua di Bonoloyo,” ujarnya.(tim/say)
Redaksi : Suara Merah Putih
Sumber : Kompas.com