Aliran Hakekok Balatasutak menjadi trending topic usai 16 anggotanya diamankan oleh Polres Pandeglang, ketika sedang melakukan ritual berupa mandi bersama tanpa busana di sebuah rawa, Desa Karang bolong, Kecamatan Cigeulis, Pandeglang , Kamis (11/3) lalu.
Informasi yang dihimpun oleh suaramerahputih.com, seorang warga berinisial MS mengatakan, mandi bersama di rawa memang menjadi ritual dari kelompok tersebut.
Diketahui, aliran ini dipimpin oleh seseorang berinisial A (52) yang biasa dipanggil Arya warga Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Banten. Kini, A sudah ditangkap polisi.
Ritual itu, lanjutnya, sudah dilakukan oleh S, orang tua A yang telah meninggal dunia. S dulunya juga dikenal oleh warga sebagai guru spiritual di wilayah Bogor.
Polres Pandeglang sendiri masih terus mengusut kasus ini. Aparat juga telah menggeledah rumah A dan menemukan sejumlah barang bukti. Mulai dari jimat, pusaka, kitab, hingga kondom.
“Berdasarkan hasil olah TKP yang ada di kediaman yang bersangkutan, kami mengumpulkan beberapa barang bukti, seperti kitab, kemudian pusaka, jimat, serta alat kontrasepsi,” kata Kapolres Pandeglang AKBP Hamam Wahyudi di Kejari Pandeglang, Jumat (12/3).
Dari hasil penyelidikan sementara, jimat hingga pusaka itu digunakan oleh A sebagai wibawa dan mempengaruhi anggotanya agar menuruti semua kemauannya.”Sebagai pegangan yang bersangkutan, digunakan dia sebagai ketua, punya kemampuan lebih, sehingga bisa mempengaruhi pengikutnya,” ucap Haman.
Lebih lanjut, Haman menuturkan ritual yang dilakukan oleh aliran Hakekok Balatasutak tidak dibenarkan dalam ajaran agama. Karenanya, kata Haman, seluruh anggota aliran itu nanti akan dibimbing oleh tokoh agama di Kabupaten Pandeglang.
“Setelah ada putusan fatwa dari MUI Pandeglang, kita akan melakukan pembinaan kepada mereka. Setelah hasil pembinaan, kemudian akan kita kembalikan jika mereka sudah kembali ke jalan yang benar,” tuturnya.
Di tahun 2009 lalu, aliran aliran Hakekok Balatasutak ini juga pernah membuat heboh masyarakat Pandeglang, Banten. Mereka diketahui memiliki padepokan di Desa Sekon, Kecamatan Cimanuk yang sudah berdiri sekitar lima tahun. Rata-rata, santrinya berasal dari Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten.
Saat itu, anggota dari kelompok ini kerap menggauli santrinya dengan janji akan diberikan ilmu kesaktian. Kesal dengan perbuatan aliran ini, warga pun membakar padepokan Hakekok Balatasutak tersebut.
Dalam peristiwa itu, polisi saat itu juga turut mengamankan S selaku pimpinan aliran tersebut. Kala itu, S mengklaim sedang melakukan kawin gaib dan melaksanakan ibadah bareng bersama para santri wanitanya.(Mya/tim)
Redaksi : Suara Merah Putih
Sumber : CNN Indonesia (Naskah Berita Asli)