Bermodalkan saran dan bantuan dari ki Ageng, Sunarto memutuskan untuk melakukan perjanjinan dengan setan atau pesugihan. ia meminta kepada ki Ageng agar dagangannya bisa laris manis dan selalu dirindukan oleh pembeli.
Hasilnya, dalam waktu 1 bulan, iblis tersebut mengabulkan keinginan Sunarto. Tanpa harus merubah harga atau resep, tiba-tiba warung sate kambing milik Sunarto mendadak didatangi pengunjung.
Jumlah pelanggannya kian banyak, bahkan beberapanya ada yang menjadi pelanggan tetap dan mengaku tidak bisa untuk tidak datang ke warung sate kambing miliknya jika melentasi jalan di mana warungnya buka.
Sunarto merasa senang karena bisa mendapatkan uang banyak dengan cara cepat. Bahkan, ia pun sudah membuka cabang. Dan istrinya yang sakit-sakitan pun bisa dibawa ke rumah sakit yang bagus, dan anaknya juga bisa menikmati hidupnya dengan lebih makmur.
Meski demikian, pesugihan membuat Sunarto harus melakukan ritual klenik seperti yang diarahkan oleh ki Ageng, yakni, selalu memberikan sesajen untuk setan yang bersekutu dengannya di belakang warungnya satenya setiap malam jumat kliwon.
Semua dilakukan diam-diam ketika ia sudah menutup warung. Hingga pada suatu waktu, model pesugihan ini terbongkar. Sunarto pernah pulang tanpa membereskan sesajen terlebih dahulu.
Keesokan harinya, seorang pelanggan yang hendak ke toilet melihat sesajen itu, hingga akhirnya muncul pandangan negatif terhadap Sunarto dan menular dari mulut ke mulut.
Warung satenya pun tidak lagi ramai pembeli, bahkan beberapa orang pun berani untuk membuang ludah dan mencibir Sunarto. Hingga, Sunarto pun berusaha mrnyangkal dan membuktikan bahwa ia tidak pakai pesugihan.
Saat waktunya ritual, Sunarto pun sangat berhati-hati. Bahkan, untuk membuktikan ucapannya, Sunarto pun terkadang tidak melakukan ritual pada malam jumat kliwon, alias melanggar janji yang sudah dibuat dengan iblis.
Hingga akhirnya, Hal buruk yang dijelaskan oleh ki Ageng pun bermunculan. Muali dari anaknya yang terkena penyakit misterius. Istrinya yang sudah sehat pun kembali sakit bahkan lebih parah. Hingga akhirnya, anak dan istrinya meninggal dunia layaknya menjadi tumbal pesugihan.
Sunarto pun, akhirnya mengalami gangguan fisik dan mental, hingga warung satenya berakhir gulung tikar. Kini ia dirawat oleh tetangganya dan hanya bisa menyesal.dengan apa yang sudah dilakukan.
Tulisan ini merupakan reka ulang dari kisah yang berkembang di masyarakat. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.
Dikutip dari : Kumparan.com